Kamis, 10 Mei 2012

ETIKA & PROFESIONALISME (1)


ETIKA & PROFESIONALISME (1)

Tidak seperti biasanya Bung Gombloh, pada hari Minggu pagi itu sudah men-dahului duduk-duduk di teras Balai Rt.01/Rw.20, menunggu sobatnya Fit dan Gembus. Setelah Fit dan Gembus datang dan kemudian mengucapkan salam kepada Bung Gombloh, pembicaraannyapun dilanjutkan oleh Bung Gembus, ” Hai Mbloh !”, ujar Gembus seperti kebiasaannya kalau menyapa temannya yang satu ini tanpa ada embel-embel sedikitpun karena sudah kebiasaan teman main dari kecil, demikian juga Gombloh kalau memanggil Gembus ya cukup dengan “Mbus” saja. Gembus kemudian melanjutkan pertanyaannya kepada Gombloh :” Bagaimana Mbloh kelanjutan rencana kita yang akan mendirikan Persatuan Pedagang Kaki Lima ?”.
“ Yaaa, itulah aku datang Mbus ingin berbincang-bincang masalah itu, kan kalau kita bersatu dengan mendirikan PKL (Pedagang Kaki Lima) kita akan menjadi kuat. Kita bisa berdemo besar-besaran karena bisa mengkoordinir masa, dan lagi konon di Jakarta ada “PT.Demonstrasi” . Kita disini bisa buka agen “tukang demonstrasi”, bisa negosiasi alias tawar-menawar harga baik dengan yang memesan demo maupun yang didemo kalau tidak ingin dicaci maki habis-habisan, mau berani bayar berapa ? Mau berapa hari berdemo ? Akan pakai transport apa? Disamping kita bisa seneng-seneng sambil berdemo juga mendapat jatah makan dan lagian dapur masih bisa ngebul, karena demonya dibiayai, dibayari oleh orang yang memanggil untuk demo? Itulah kalau memang semua direncanakan oleh ahli yang profesional ya hasilnya akan memuaskan, iya kan Mbus, dan Mas Fit ?!” Bung Gembus menggeleng-gelengkan kepalanya tanda tak setuju, kemudian berucap :” Menurut saya itu nggak profesional, karena bertentangan dengan “ kata hati” saya. Sepintas kilas ya seperti profesional, terencana, terkordinasi akan tetapi nantinya bisa menimbulkan kesan-kesan negatif bagi teman-teman seprofesi kita, sesama PKL, membuat citra buruk dimasa yang akan datang. Kalau ditimbang-timbang model agen “tukang demo”-nya Bung Gombloh yang mengatas namakan “Persatuan PKL” kaya’nya kok lebih banyak negatifnya dari pada positifnya. Sebetulnya Mas Fit, kita para pedagang sepakat akan mendirikan Persatuan PKL itu untuk meningkatkan profesionalisme, bukan tujuan yang lainnya seperti yang diinginkan Bung Gombloh itu, kita sepakat untuk meminta saran-sarannya Mas Fit, bagaimana cara untuk lebih “professional” bagi Perasatuan PKL kita kelak dikemudian harinya. Eeeee, nggak tahunya kok malah begini jadinya, ada ide gila-gilaan dari Gombloh, aku heran sekali Mbloh, syetan dari mana saja yang mempengaruhi jalan pikiranmu Mbloh, Mbloooh ? Lha mbok nyebut thaaa Mblohhh.!” Sambil cengangas-cengenges Gombloh mendengarkan omelan Gembus. Memang cara berfikir Gembus diantara para PKL ia termasuk yang paling rasional dan paling disegani karena kejujurannya yang orisinil dan ketegasan serta kedisiplinannya, sehingga Gomblohpun tak ingin berpolemik dengannya, akhirnya Gomblohpun mengakui katanya :” Sebenarnya itu sih bukan ide-ku, itu ide dari Bung Rubes yang memberi saran bahwa sekarang jamannya inovatif, segala sesuatu bisa diarahkan dijadikan komersialisasi, gitu lho! Akhirnya akupun tertarik juga, ku pikir sambil menyelam minum air, sambil membentuk Persatuan PKL sambil mendirikan “ PT. Demonstrasi “, tetapi kalau tidak baik ya nggak mengapa lha wong hanya khayalan mlempem aja kok, kucabut aja gagasanku yang tadi.”
Kemudian setelah keduanya sepakat minta saran kepada Fit tentang bagai-mana sebaiknya untuk mewujudkan persatuan PKL yang professional, maka Fit-pun tak keberatan menjelaskannya, katanya :” Begini Bung berdua, “professional” artinya adalah  ahli dalam profesinya, misalnya profesi atau pekerjaan sebagai tukang cukur, maka tukang cukur yang professional ya ahli mencukur, tidak asal-asalan saja, ia tahu persis kesenangan masing-masing orang dengan gaya hasil cukuran yang model apa, maunya bagaimana ia tahu betul, sehingga ia banyak langganan karena keahliannya, demikian pula dengan profesinya sebagai dokter yang mengobati penyakit maka ia juga ahli dalam pengobatan yang sesuai bidang keahliannya. Demikian juga profesi atau bidang pekerjaan yang lainnya, misalnya sebagai guru, petani, tukang becak, pedagang, semua itu membutuhkan professionalisme, keahlian. Apabila anda bersama teman-teman akan mendirikan Persatuan PKL, untuk menjadikan professional bagi anggotanya akan memakan waktu cukup lama, tekun, ulet dan sabar dalam membina teman-temannya itu. Ada landasan pokok sebelum mengarah ke professional itu yaitu “ETIKA”. Etika, tatakrama, unggah-ungguh, adab atau sopan santun harus ditanamkan terlebih dulu, sebab dikhawatirkan kalau tak tahu etika bisa terjadi kebobrokan baik terhadap lingkungannya maupun terhadap diri sendiri. Kita sebagai ummat muslim, etikanya ya jelas, etika dalam bisnis hendaklah berpangkal tolak pada kode etik yang berpedoman Al Qur’an dan Hadits, agar bisa berbisnis yang terpuji.
Ada beberapa etika berorganisasi / berbisnis menurut saya adalah :
A.    Akhlakul karimah (akhlak mulia)
B.     Fairnes (keterbukaan, kejujuran)
C.     Transparansi (punya arah dan tujuan yang jelas)
D.    Akuntabilitas (siap mendapat akuntasi publik)
E.   Responsibility. (bertanggung jawab)
F.   Saling menguntungkan.
A. Akhlakul karimah
Akhlak yang mulia, hendaknya selalu dipunyai oleh individual yang ter-libat dalam organisasi maupun bisnis; maka seyogyanya sebagai pelaku organisasi maupun bisnis sebaiknya mencontoh akhlak Rasulullah Saw., yaitu : shidiq, tabligh, amanah dan fathanah.
~ Shidiq.
Shidiq artinya orang yang jujur dalam kebenaran, orang mempunyai sifat shidiq, ia akan berbicara dan bertabiat apa adanya, tidak mengada-ada, tidak berbohong.
~ Tabligh.
Tabligh adalah menyampaikan risalah nubuwatan, beramar ma’ruf nahi munkar, mengajak kejalan yang benar, menuntun kepada akhlak yang terpuji. Apabila perilaku pengurus maupun pebisnis demikian terpuji, maka relasi dan lingkungan kerjanya akan terasa nyaman, sejuk, menggariahkan dan tak ada permusuhan satu dengan yang lainnya. Tabligh bisa bermakna komunikasi, seorang pebisnis muslim selain mempunyai profesionalisme, juga dituntut pula sebagai komunikator yang baik, gemar bersilaturrahmi, mempunyai kecerdasan ruhaniyah, sifat tabligh, penyampai kebenaran yang tepat sasaran, mampu membaca suasana hati orang lain, membaca situasi dan kondisi.
~ Amanah.
Amanah, penyampai yang dapat dipercaya dan pemegang janji yang terpuji. Sebagai contoh ketika Muhammad belum jadi Nabi, beliau mandapat julukan Al Amin, seorang pemuda yang sangat dipercaya yang selalu jujur dalam melaksanakan amanah atau kepercayaan.. Beliau pernah membawa dagangan Siti Khatijah yang kaya raya, karena Muhammad sangat jujur sehingga dagangannya laku keras, keuntungannyapun melimpah, meskipun sebetulnya beliau tidak mengejar-ngejar keuntungan yang melimpah. Beliau sangat patuh dalam melaksa-nakan amanah, maka Siti Khatijah berkenan menjadi istrinya.
~ Fathanah,
Fathanah, termasuk sifat yang dimiliki Rasulullah Saw. berarti cerdas, terampil, mengetahui perkembangan kondisi lingkungan, cepat mengatasi kesulitan. Mengetahui peta politik sosial ekonomi dan keamanan baik di luar maupun di lingkungannya sendiri. Meskipun beliau sangat cerdas, namun beliau tidak meninggalkan musyawarah dengan para shahabatnya. Dari pelajaran ter-sebut maka sebaiknya pelaku bisnis mulai belajar sedikit demi sedikit untuk mengetahui tentang ilmu perniagaan, manajemen, sistem perekonomian, bentuk-bentuk perusahaan, letak usaha yang strategis, prosedur mendirikan suatu perusahaan, menjalin kemitraan dengan bank, produksi, pemasaran, keuangan, personalia, akutansi, statistik guna menilai maju mundurnya perusahaan, dan lain sebagainya Semakin luas cakrawala ilmu perniagaannya maka akan semakin mudah menentukan strategi yang lebih maju lagi, meskipun dalam taraf awal ilmu perniagaan tersebut dalam kadar sederhana dan secara global.

Aduuuh maaf Bung, kita ngobrol nggak terasa jam saya menunjukkan jam delapan, kalian berdua tentunya akan berdagang sehingga pembicaraan mengenai : Fairnes, Transparansi, Akuntabilitas, Responsibility, Saling menguntungkan dan mengenai profesional akan kita lanjutkan besok minggu depan saja yaa Bung, waktunya tanggung nihh, untuk dilanjutkan.

Cukup sekian. Wassalamu’alaikum w.w.
Obrolan : Fit & Gembus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar