Jumat, 11 Mei 2012

P I L K A D A


P I L K A D A
“Assalamu’alaikum w.w., bagaimana kabar beritanya tentang Pilkada dan Pilwakot Mbus?” Tanya Gombloh kepada Gembus yang sedang duduk-duduk santai bersama dengan Fitrianto di Balai Rt. pada pagi hari Minggu yang cerah itu. Jawab Gembus dengan santai pula :” Ya menurut saya, di satu sisi kita merasa bangga, yaitu dengan diawalinya Pilcapres dan cawapres kemarin, sebagai tolok ukur demokratisasi di Indonesia ternyata mendapat acungan jempol dari publik Internasional, yaitu pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai kecil dan baru lahir ternyata malah yang kepilih, ini menunjukkan bahwa rakyat Indonesia telah menggunakan hak pilihnya sesuai dengan “hati nuraninya” sendiri dan tidak terpengaruh oleh money politik, lha secara logika kalau partai kecil menggunakan politik uang kan nggak mampu!.
Nah kalau dari sisi segi negatifnya ya cukup banyak, antara lain kita prihatin sekali atas tudingan KPU Pusat yang dituduh menyelewengkannya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Juga KPU Daerah ada beberapa yang dikorankan tersangkut penyelewengan dan penyalah gunakan kewenangannya untuk komersialisasi kepentingan pribadi dan golongannya. Belum lagi media cetak dan elektronik juga meramaikan calon-calon Pilkada tersebut. Bagaimana Mas Fit menurut pandapat anda tentang Pilkada itu ?” Demikian tanya Gembus kepada Sohibnya Fitrianto.
Fitrianto-pun menjawabnya :” Menurut saya, sebaiknya kita tetap mengikuti beritanya, akan tetapi ya jangan memvonis dulu kepada yang dituduh. Bukankah kita harus menghargai dan menghormati “azaz praduga tak bersalah”. Memang peluang penyelewengan kewenangan kemungkinan bisa terjadi, misalnya pada pengadaan kartu suara, kotak suara dan anggaran-anggaran yang lainnya. Dalam pemilihan secara langsung masih banyak kendala-kendala yang harus kita sikapi secara bijaksana, dewasa dalam berfikir dan elegant, kalah menang terhormat asalkan kita bersaing secara sportif, walaupun kalah dalam bersaing hendaklah kita harus tetap hormat kepada yang menang, jangan mengerahkan para pendukungnya dengan memprofokasi untuk berdemo. Kita kadang-kadang melihat tayangan media kaca elektronika para pendemo mengangap KPUD tidak adil dalam seleksi, karena jagonya tidak diluluskan dalam seleksi Balon (Bakal Calon) Pilkada; ada tuduhan bahwa team sukses yang berduit bisa menyuap KPUD agar kandidat pesaing yang membahayakan supaya disingkirkan dengan jalan menggagalkan seleksinya. Akhirnya para pendu-kung fanatik membabi buta, pendukung yang satu dengan yang lainnya berbenturan, timbullah friksi-friksi di dalam masyarakat. Untuk itu sebaiknya kita hindari pertentangan diantara kita, jangan mudah termakan isu-isu provokatif memecah belah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Perhelatan politik mutahir yang digulirkan adalah Pemilihan Kepala Daerah Langsung. Pada bulan Juni 2005, ada 187 Kabupaten/Kota se Indonesia yang akan melaksanakan Pilkada langsung, termasuk pemilihan Wali Kota Magelang. Dalam perspektif pemerintahan Pilkada mempunyai makna yang sangat strategis, khususnya dengan agenda reformasi tata pemerintahan, eksekutif yang baru, diharapkan dapat mereformasi dan menyegarkan kembali tata pemerintahan yang tidak kondusif dan menggantinya dengan tata pemerintahan yang berpihak kepada kepentingan rakyat, karena yang memilih langsung adalah rakyat, jadi dambaan rakyat ya pemerintah yang memikirkan nasib rakyat, baik spiritualnya, ketenangannya, keamanannya, kemerdekaannya, kesejahteraannya, kesehatannya, perlindungannya, pendidikannya dan lain sebagainya. Pemerintah dan sebagian besar masyarakat tentunya akan sangat berharap akan memperoleh Kepala Daerah yang berkualitas melalui Pilkada langsung, bukan slogan-slogan visi dan misi yang disodorkan pada waktu kampanye sebelum pemilihan itu saja, namun diabaikan sesudah terpilih. Bukan pula menjadi orang yang terbaik akhlaknya pada waktu kampanye, aktif silaturrahmi, aktif gotong royong menyumbangkan dana kesana-kemari, namun luntur kembali sesudah terpilih.
Ada beberapa kriteria menurut Fit, apabila balon sebagai seorang Muslim.
1. Hendaklah konsisten dengan agamanya sesuai dengan Firman-Nya yang artinya :
“ (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi nisca-ya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusannya.”(QS. Al Hajj :41)
2. Dalam perilaku kesehariannya ia menunjukkan akhlak yang mulia dan setiap keputusannya diberikannya dengan adil, perbuatan adil dapat diambil contoh sebagaimana Nabi Sulaiman As. memutuskan suatu perkara, yaitu ada dua orang ibu yang berebut seorang bayi keduanya mengaku ibu kandungnya. Kemudian Nabi Sulaiman As. mengambil keputusan dari pada berebut, beliau menawarkan bagaimana kalau bayi itu dibelah dua saja untuk dibagikan kepada keduanya masing-masing terima sebagian. Ternyata pancingan Nabi Sulaiman As. berhasil, yaitu dengan seorang ibu yang menerima keputusan dari Nabi dan seorang lagi yang mau mengalah dan menyerahkan anaknya kepada ibu yang menerima keputusan Nabi Sulaiman As. Maka Nabipun dapat mengambil kesimpulan bahwa ibu yang sesungguhnyalah yang mengalah itu, karena tidak mungkin tega ada seorang ibu melihat puteranya akan dibagi dua, sedangkan ibu yang tega bayi itu dibagi dua berarti ibu yang palsu, maka akhirnya ibu palsupun dihukumnya dan ibu kandung menerima pengembalian bayi miliknya. Penghakiman dengan adil sesuai dengan Firman-Nya:
“ Maka demi Tuhan-mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”(QS.An Nisaa: 65)
3. Pemimpin adalah pelayan rakyatnya. Pemimpin hendaknya melayani, membimbing dan meno-long rakyatnya untuk berpacu lebih maju lagi. Pemimpin wajib mengurus kepentingan rakyat dan mewujudkan kemaslahatan rakyat, bukan malah membuat rakyat menderita. Seorang pemimpin selalu siap untuk menyejahterakan dan melindungi rakyatnya, diibaratkan sebuah perisai yang melindungi pemegangnya, sesuai dengan sebuah hadits Rasulullah Saw. :
Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah ibarat perisai bagi orang-orang yang sedang berperang dibelakangnya dan berlindung dengannya” (HR.Muslim, Abu Dawud, An Nasa’i dan Ahmad) 
Satu contoh sosok kepemimpinan yang berpihak pada rakyat dalam hal pendidikan di Jawa Tengah, yaitu Wali Kota Semarang yang diangkat mulai tanggal 19 Januari tahun 2000. Beliau ingin meningkatkan SDM rakyatnya karena menurutnya SDM rakyatnya masih tertinggal dengan manca Negara, sebut saja misalnya Malaysia. Dulu Malaysia menyekolahkan siswanya ke Indonesia, namun dalam rentang kurun waktu 20 tahun mereka sudah bisa mengejar ketertinggalannya bahkan menyalip Indonesia, artinya sudah jauh lebih maju dalam pendidikan ketimbang Indonesia. Rumus untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia tidak lain ya lewat pendidikan. Beliau memberikan bea siswa pada tahun 2001 sebesar Rp.3 miliar, tahun 2002 diperbesar menjadi Rp.10 miliar, tahun 2003 diperbesar lagi menjadi Rp.20 miliar dan tahun 2004 menjadi Rp.40 miliar. Bea siswa itu disambut positif oleh kalangan kependidikan selain meringankan beban orang tua murid juga meringankan sekolah, hingga konsentrasi guru, kepala sekolah lebih serius lagi, demikian juga orang tua murid tidak begitu dipusingkan dengan SPP tiap bulannya. Kewibawaan Pemerintah meningkat serta lebih komunikatif dengan sekolah.
Seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di akhirat. Sabda Nabi Saw.;
“ Imam yang memimpin manusia adalah laksana seorang penggembala, dia akan dimintai pertanggung jawabannya atas rakyat yang dipimpinnya.”(HR.Muslim)
4. Seorang pemimpin hendaklah berkasih-sayang, jangan menipu dan menzalimi rakyatnya, bahkan mendoakan rakyatnya agar Allah melimpahkan berkah kepada rakyatnya, Sabda Rasulullah Saw.
“ Pemimpin-pemimpinmu terbaik adalah mereka yang mencintaimu, dan kamu mencin-tai mereka, kamu senantiasa memohon rahmat untuk mereka dan mereka senantiasa memo-hon rahmat untukmu. Pemimpin-pemimpinmu yang terjahat adalah mereka yang kamu benci dan mereka membencimu, kamu mengutuk mereka dan mereka mengutukmu.” (HR.Muslim)
Mu’adz  r.a. berkata :” Saya diberi wasiat oleh Rasulullah Saw., sabdanya :
“ Hai Mu’adz, saya berwasiat padamu, agar kamu bertaqwa kepada Allah, benar dalam berkata-kata, menepati janji, menunaikan amanat, meninggalkan khianat, menjaga tetangga, belas kasihan kepada anak yatim, manis dalam berbicara, meratakan salam, bagus dalam bekerja, sedikit berangan-angan, menetapi keimanan, berusaha menjadi pandai dalam Al Qur’an, cinta akhirat, takut hari hisab (perhitungan amal pada hari kiamat) dan merendahkan diri. Saya melarang kepadamu memaki-maki seorang yang bijaksana, mendustakan orang yang benar, mengikuti orang yang berdosa, melawan pemimpin yang adil atau membuat kerusakan di bumi.
Saya berwasiat lagi kepadamu, supaya kamu taqwa kepada Allah dengan menjauhkan diri dari menyembah kepada batu, pohon dan benda apapun. Hendaklah kamu membaharui taubat setiap melakukan dosa. Dosa yang rahasia hendaklah bertaubat dengan rahasia dan dosa yang terang-terangan hendaklah bertaubat secara terang-terangan.
(HR. Abu Na’im dan Baihaqi)
Begitulah antara lain cara Rasulullah Saw. mendidik ummatnya, disamping beliau juga melaksanakan dengan konsekuen atas apa yang diucapkannya itu. Mereka semua diajak untuk menetapi budi pekerti yang luhur dan akhlak yang mulia.” Kata Fit. Wasalamu’alaikum w.w.
Obrolan Fit & Gembus by Sunanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar