REVITALISASI
“
Assalamu’laikum warahmatullahi .wabarakatuh..” begitu ucapan salam dari Pak
Masran sebagai Ketua Rt. kepada Fit, Gembus dan Gombloh yang sedang duduk-duduk
di Balai Rt. pada Minggu pagi itu. Bertiga serentak menyahutinya :”
Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.” Gembuspun segera menyapanya :”
Tumben Pak Rt., kok njanur gunung, kadingaren rawuh kesini.” “ Lha wong
kepingin ikut obrol-obrolan jeee, apa mau kok tolak?” Sahut Pak Rt. “Ya nggak
Pak Rt.!” Sahut Gembus dan Gombloh ikut pula menimpalinya.
“Begini
ya saudara-saudaraku sekalian, saya kok berpikiran kepengin memajukan warga Rt.
kita, disamping kependidikannya ya
ekonominya.” Kata Pak Rt. “ Saya rasa masih kurang Pak Rt. yaitu
spiritualnya, atau keagamaannya.” Timpal Gombloh. “Gue kira spiritualnya sih
sudah cukup dengan adanya masjid kita : Raudhatul Mu’minin, untuk pembinaan
kanak-kanak, remaja, dewasa maupun orang tua karena masjid kita juga untuk Jum’atan
dan pengajian rutin” Sahut Gembus yang tak mau ngalah karena Gembus juga
sebagai sekretaris Rt., tidak mau namanya direndahkan, dan Pak Rt. melanjutkan
bicara lagi :” Makanya tidak saya sebut spiritualnya karena sudah ditangani
oleh pengurus masjid di Rt. kita. Masalah kependidikan untuk warga kita sudah
ada yang menanganinya, karena sudah ada sekolah-sekolah yang dikelola oleh
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, namun ekonomi ya dari kita-kita ini sebaiknya
memelopori memikirkannya.” “Kalau saya sih bakatnya dagang, ya paling banter
usulannya tolong Pak Rt. carikan modal untuk memperbesar dagangan saya.” Sahut
Gembus. “ Elu sih egoistis keterlaluan Mbus, yang dipikirin fulus melulu, kagak
memikirkan kepentingan orang lain.” Sahut Gomloh menimpali rekannya. Kemudian
balik Gembus yang tanya kepada Gombloh :” Elu apa punya ide Mbloh? Bisnis lu kan srabudan Mbloh,
apa-apa diembat!. Ada
gula merah, makelar speda motor, barang-barang perombengan alias rongsok, eee
malah kalau waktu akan Hari Raya Qurban elu dagang kambing dan sapi. Apa itu
bukan semuanya diembaaat?”
Kemudian
Pak Rt. menengahinya :”Begini saudaraku semuanya, saya inginkan kemajuan bagi
ekonomi warga kita. Maksudnya saya ingin mengkaji ulang, apa sebetulnya kompentensi
atau kemampuan yang ada pada warga kita yang vital atau penting, kemudian kita bangkitkan
lagi, mungkin bahasa menterengnya ya “revitalisasi”
bagi ekonomi warga kita, saya setelah mendengar perbincangan Bung Gembus
dan Bung Gombloh tadi, yang menyinggung masalah “dagang sapi” saya jadi ingat peternakan sapi milik bapaknya Pak
Arjo dulu yang sempat berhenti karena ayah Pak Arjo yang beternak sapi sudah
meninggal dunia dan anaknya (Pak Arjo) tak mau melanjutkan lagi, lha itu
bagaimana kalau kita bangkitkan lagi ? Apakah sapi itu mempunyai prospek masa
depannya cerah? Apa bisnis sapi hanya
menunggu kalau ada qurban, yang hanya laku setahun sekali saja? Kalau memang
bisa kita bangkitkan lagi, mengapa tidak? Mungkin Mas Fit mau menjelaskannya ?
“ Pertanyaan sambil meminta penjelasan.
Fitrianto-pun
menjawabnya :” Saya secara tak sengaja nonton layar kaca pada acara di TVRI,
Hari Selasa Tanggal : 31 Mei 2005, pada + jam 10.00 di
Lumajang Jawa Timur. Acara tersebut memperbincangkan tentang bisnis sapi. Insya
Allah prospeknya menguntungkan bagi peternaknya. Mudah-mudahan bisa
dimanfaatkan sebagai bahan “revitalisasi”
guna membangkitkan semangat dan realisasi memajukan ekonomi warga kita. Apalagi
kalau kita lihat lokasi yang pernah digunakan oleh ayah Pak Arjo yang sudah
meninggal, ternyata memang bagus.. Kandang sapinya masih baik dan masih layak
untuk digunakan beternak sapi, tempat luas dan strategis, udara bagus karena
dekat sawah. Tempatnya bawera (jembar), sinar matahari yang menyorotinya juga
bagus, karena sinar matahari pagi yang mengandung sinar ultra violet baik
sekali untuk pertumbuhan sapi dan berfungsi sebagai pembasmi bakteri yang
kurang menguntungkan. Seperti kita ketahui sinar ultra violet mempunyai banyak manfaat
bagi kita yaitu merubah pro vitamin D menjadi vitamin D guna pertumbuhan
tulang, ultra violet bisa membunuh bakteri, bisa juga membantu fotosintesis
atau sebagai energi yang digunakan untuk masak oleh daun-daun tumbuh-tumbuhan guna
penyerapan CO2 melalui stomaza (mulut daun) dan dikeluarkannya O2
atau Oxygen, yang mana Oxygen itu bermanfaat bagi pernafasan manusia, tanpa
Oxygeen manusia bakal mati. Lagi pula lokasi peternakan Pak Arjo dekat dengan sungai
yang airnya selalu mengalir, belum lagi rumputpun cukup banyak serta banyak
batang bulir padi yang terbuang apabila habis panenan, dibuang begitu saja kan mubadzir, padahal
masih bisa dimanfaatkan untuk makanan ternak kelak.
Pada
acara tanya jawab di TVRI tersebut disayangkan bahwa masih ada importir gelap
memalsukan dokumen tertangkap oleh petugas yang berwajib. Namun anehnya satu
konteiner yang berisi daging sapi segar (1 konteiner berisi + 250 ekor
sapi yang sudah dipotong) yang tadinya pada saat ditangkap berbeda isi
konteinernya dengan keadaan pada saat akan dilelang, yaitu sudah berubah
menjadi sebagian kecil daging dan sebagian besar berisi jerohan, yang oleh
orang manca negara jerohan itu dibuang atau untuk pakan anjing karena
berkolesterol tinggi dan tak baik untuk kesehatan. Ada lagi importir yang tertangkap karena isi
konteiner daging importnya sudah busuk tak layak dikonsumsi, namun pada
prakteknya dijual di pasar-pasar, dan ini sangat membahayakan pada kesehatan
manusia yang mengkonsumsinya. Dalam hal import daging ini seharusnya ada
pembaha-ruan Peraturan Pemerintah yang tegas karena PP.yang lama sudah perlu
diganti (sejak tahun 1967).
Diharapkan pada
P.P. yang akan datang ada aturan tetang perangkat yang diperlukan :
1.
PP. yang baik berpihak kepada konsumen dalam negeri,
ditegaskan melarang import jerohan. Disebutkan pula tentang jaminan
kehalalannya sembelihan. Bagi importer yang mengimport daging busuk agar
ditindak tegas.
2.
Sistem yang baik dan mendukung produk sapi dalam
negeri. Import sapi maupun daging segar agar dibatasi hanya sesuai dengan
kebutuhan dalam negeri, sehingga ternak sapi dalam negeri bisa terlindungi.
3.
Bea cukai dan pengawasan lebih ditingkatkan, jangan ada
lagi kecolongan ada daging busuk bisa lolos masuk ke pasar-pasar tradisional
sehingga mengganggu kesehatan konsumennya.
4.
Karantina, bekerja sama dengan Dinas Peternakan /
kesehatan sapi, apakah sapi atau daging sapi itu mengandung penyakit apa tidak,
misalnya penyakit antraks yang membahayakan kesehatan konsumennya, bahkan bisa mengakibatkan
kematian. Pengawasan, pemeriksaan,
penertiban, ke
distributor, swalayan, pasar tradisional agar diperketat.
5.
Pengendalian mutu / kualitas bisa dilakukan lewat test
laboratorium untuk mengklarisifikasi-kan apakah daging itu steril apa tidak,
dan bisa di test langsung di tempat penjualan daging.
6.
Adanya persyaratan daging yang diimport, yaitu :
a.
Aman, tidak busuk dan beracun serta enak dimakan karena tidak ada zat pengawet,
misalnya sejenis boraks yang tentu mengganggu kesehatan dan tidak enak rasanya.
b. Sehat, tidak mengandung penyakit bila dikonsumsi.
c. Utuh, asli daging sapi tidak dicampuri dengan daging selain sapi.
d. Halal, ada jaminan halal dalam penyembelihannya, karena mayoritas
penduduk Indone-sia beragama Islam.
Kebutuhan
daging sapi bagi Indonesia
sangat banyak, karena jumlah penduduk Indonesia sangat besar < 220.
juta jiwa, yang tersebar di seantero wilayah Indonesia. Indonesia masih mengimport
kebutuhan sapi setiap tahunnya ada + 11 juta ekor sapi. Kebutuhan DKI.
Saja tiap harinya ada 150 ton daging sapi,. sedangkan derah DKI. Baru tercukupi
itu saja dari daerah sekitar + 20 %. Kebutuhan nasional baru tercukupi
sebesar + 70 % saja,
Pemenuhan
kebutuhan konsumsi dalam negeri ditingkatkan dengan :
1.Insiminasi
(kawin suntik), dengan penelitian laborat dapat dipesan spermatozoa X = calon
anak sapi betina , dan spermotozoa Y calon anak sapi jantan, akan dikembangkan
ke Dinas Peternakan, kita bisa memesan mau calon anak sapi betina (sp.X) apa
mau calon anak sapi yang jantan(sp.Y). Ini bisa digunakan pula untuk perbaikan
mutu sapi, genetik, populasi ternak.
Untuk
sapi potong dapat dikembangkan dengan pembuahan kawin suntik yang berisikan
spermatozoa Y, sehingga nantinya akan menghasilkan kelahiran sapi jantan yang
akan diternakan menjadi sapi potong. Akan tetapi apabila kita menghendaki sapi
betina guna dijadikan sapi perahan susunya, ya menggunakan spermatozoa X.
2.Penggemukan,
kita masih import anak sapi dari manca negara untuk digemukan yaitu dengan
jalan dikarantinakan. Dalam penggemukan sapipun bermacam-macam ragamnya, ada
yang alamiah dengan memberikan makan secukupnya , cara ini yang paling bagus. Ada yang meng-gunakan obat
perangsang, dengan konsentrat tertentu agar cepat gemuk, ini bisa beresiko
kurang baik bagi kesehatan yang mengkonsumsi dagingnya. Ada
pula seperti yang terjadi di Surakarta
dengan memanfaatkan tempat pembuangan sampah dan sapinya memakan sisa-sisa
sampah yang terbuang dan yang bisa dimakan oleh sapi. Sehat apa tidak, wallahu
a’lam bishawab. Tentang kesulitan perawatan sapi dan penangkarannya bisa
dikonsultasikan pada Dinas terkait yang ada pada setiap kota Kabupaten yaitu : ETR ( Assisten Tehnik
Reproduksi).
Mengenai
pendanaan kita bisa berembuk pinjam modal
ke KUD atau bank, asalkan proposalnya bisa dipertanggung jawabkan, insya
Allah akan dapat modal kerja.
Demikianlah
penjelasan saya, semoga bisa bermanfaat untuk “revitalisasi”. Amin yaa Rabbal‘alamin.” Kata Fitrianto :”
Wassalamu’alaikum w.w.”
Obrolan Fit & Gembus by Sunanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar