KATA
HATI
Menjadi suatu kebiasaan apabila pada hari Minggu pagi sehabis
jalan-jalan santai, kedua insan itu biasanya mampir di balai Rt.1 / Rw. XX.
untuk ngobrol ngalor - ngidul nggak ada ujung pangkalnya. Yang satu namanya Fitrianto
panggilannya “Fit”, panggilan yang umum karena sudah menjadi jamak lumrah kalau
memanggil orang biasanya pada suku kata yang pertama yaitu “Fit” atau pada suku
kata yang yang terakhir yaitu “Anto”. Yang
satunya lagi bernama Raharjo, panggilannya “Gembus” karena orang tua Raharja
dulunya berwiraswasta jualan gembus di wilayah Banyumas. Bung Gembus sendiri
juga nuruni darah orang tuanya, sebagai PKL.
alias pedagang kaki lima.
Mas Fit sudah datang lebih dulu, sambil leyeh-leyeh di kursi balai Rt.
menunggu parnernya ngobrol yaitu Bung Gembus. Begitu Bung Gembus datang sambil
mengucap salam terus menggerendeng ngedumel :” Waaah payah, payah, payah !
“. “Apanya yang payah, Bung?” kata Fit. “Itu
lho di sana-sini terjadi musibah ada yang gempa bumi tektonik di laut sehingga
mengakibatkan gelombang besar Tsunami yang memakan korban ratusan ribu jiwa
melayang, ada gempa vulkanik, tanah longsor, kebakaran, apakah ini memang
hukuman dari Tuhan apa peringatan atau apa ujian ya Mas Fit ?” balik tanya Bung
Gembus. “ Entahlah, tidak baik menduga-duga Bung.” Jawab Fit singkat.
Rupa-rupanya Bung Gembus masih penasaran dengan jawaban shahibnya yang dianggap
kurang memuaskan itu, Gembuspun mengejarnya :” Masa Mas lha wong terjadi di mana-mana,
beruntun pisan. Apa “fatwa” sampeyan Mas
terhadap penginyongan sebagai PKL ? Ku kira ini adalah azab dari Tuhan yang
Maha Kuasa, karena kebobrokan moral terjadi di mana-mana. Coba bayangkan Mas
keadilan tidak bisa ditegakkan, korupsi terjadi dari tingkat elit kelas kakap
sampai ketingkat elit ekonomi sulit, pencurian, perampokan, pemerkosaan,
pembunuhan sadis!. Belum lagi tayangan porno grafi dan porno aksi di layar kaca
atau di majalah hiburan yang tidak ada misi pedagogisnya bahkan merusak
kebudayaan yang adi luhung. Belum lagi isu-isu suap pilkades, pilkada, di
eksekutif dan legislatif dan lain sebagainya. Bagaimana hukumnya menurut
pandangan agama yang kita anut Mas?.”
Pertanyaan Bung Gembus yang suka “blaka suta” bicaranya, maklumlah
karena asalnya dari Banyumas nyerocos bagaikan banjir bandang yang tak bisa
dibendung, dan Mas Fit hanya mendengarkan dengan saksama, maklum Mas Fit
orangnya lembah manah, ia tak ingin menyakiti hatinya, seandainya ucapannya
tidak ditanggapinya ia khawatir akan mengecewakan sobatnya. Dengan hati-hati
Fit mejawab pertanyaan Bung Gembus :” Begini Bung, sebaiknya kita jangan
menyalahkan orang lain, akan tetapi mulailah dari diri kita sendirilah yang
perlu diperbaiki. Mawas dirilah atau introspeksi dululah, tanyakanlah pada diri
sendiri. “, kata Fit. “Apa bisa Mas tanya kok pada diri sendiri, lha wong
kalau ditanya oleh orang lain saja belum
tentu bisa menjawab!”, kilah Gembus merendah sambil ngeledek temannya yaitu Fit, maksudnya memancing sobatnya yang
sok kelihatan sabar dan tenang itu, biar ada gregetnya. “Oya Mas Fit, ente kan
tahu tentang istilah “kata hati” coba
dong jelasin dikit. Pinta Gembus sambil menggeser duduknya lebih mendekat sedikit
pada Fit., ada udang di balik batu bagi Gembus yaitu ia ingin menunjukkan keseriusannya, tentu saja ingin
mendengar wejangan lebih banyak dari karib yang ia segani Fit.
“Begini Bung”, kata Fit sambil menarik nafasnya, juga sambil
memikirkan dan menyusun kata-kata agar penjelasannya bisa runtut, mudah
diterima oleh temannya itu. “ Kata hati” atau hati nurani , atau qalbun, alias God
Spot itu.” adalah sebuah nama yang mengandung makna bahwa hati nurani manusia atau kata
hatinya adalah baik atau selalu baik. Menurut fithrahnya “hati nurani” manusia adalah suci tak
ternoda. Pada zaman Rasulullah Saw. ada seorang sahabat yang bertanya
tentang dosa itu apa? Maka Rasulullah
Saw. menjawab supaya tanyakanlah kepada hati nuranimu itu, karena hati nurani
itu baik, bersih, jujur. ” Kalau begitu, hati nurani koruptor, pencuri,
perampok dsb. itu baik ya Mas?”. Sela Bung Gembus tak sabar mendengarkan obrolan
Mas Fit. “Ya, yaaa betul Bung”, timpal Fit. “Qalbun,
kata hati, hati nurani atau God Spot “ yang
bersih itu tetap bersih, namun karena berkali-kali, berulang-ulang melakukan
tindakan maksiat akhirnya hati nurani tertutup dengan noda-noda atau kekotoran
keburukan, hatinya tertutup dosa, sehingga tidak bisa menerima atau merasakan
nur Ilahi, atau tak bisa menerima hidayah-Nya. Hatinya gersang dari Cahaya
Allah, ibarat hati sebagai mata maka ia tak bisa melihat jalan, ia tak dapat
membedakan mana jalan yang baik untuk ditempuh dan mana jalan yang buruk yang
harus dihindarinya, itulah yang namanya tersesat, menyesatkan diri atau zulmun li nafsihi. Makanya dalam shalat
diulang-ulang membaca “iyya kana’budu wa
iyyakanashta’iin”, yang artinya “ hanya
ke pada –Mu-lah kami menyembah dan hanya ke pada-Mu-lah kami meminta
pertolongan”. Saking asyiknya Bung Gembus tidak mau nyelani lagi omongan
Fit, tetapi membiarkan shahibnya untuk meneruskan penjelasannya. Mas Fit
meneruskan :”Arti qalbun sebetulnya bukan hati yang sebenarnya, ia hanya
sebagai bahasa kiasan. Berbagai macam penafsiran tentang apa arti qalbun, ada
yang mengartikan hati, ada yang mengistilahkan dengan kehatian, ada yang
mengartikan jantung karena berasal dari kata qalaba yang artinya bolak-balik
seperti jantung, ada pula di dalam Tafsir Al Maraghi qalbun diartikan dengan
akal. Akal pikiran letaknya diotak
kecil, letaknya dibawah otak besar, namun otak kecil itu bisa menyimpan memori
sangat spektakuler, bisa merekam dan merespon mulai dari janin ketika masih
dalam kandungan ibunya sampai ia dilahirkan, sampai dengan meninggal dunia,
memori itulah yang menjadi bacaan atau kitab ditujukkan kembali kepada manusia
pada “Yaumul Ba’ats” atau Hari Kebangkitan sebagai kitab catatan segala amalan
perbuatannya, tak kurang sedikitpun. Buku catatannya ada dua buah yaitu ada
yang di Lauh Mahfudh dan ada yang
dikalungkan di kuduk manusia atau di “cengelnya” yaitu otak kecil. Kesibukan yang lain otak kecil ini sangat luar
biasa yaitu mengirim berita lewat syaraf-syaraf menggunakan sinar beta
keseluruh tubuh manusia beribu kali lipat kesibukan setelit buatan manusia. Subhanallah wa bi hamdihi. Pengertian
qalbun yang ini saya cocok sela Mas Fit. Kalau akal bersumber pada EQ., kepanjangan dari Emotional Quotient atau disebut juga Kecerdasan Emosional. Pikiran bersumber pada IQ kepanjangan
dari Intelectual Quotient atau
Kecerdasan Intelektual. Ada lagi yang kurang diperhatikan orang yang sebetulnya
sangat penting sekali adalah SQ.
kepanjangan dari Spiritual Quotient
atau Kecerdasan Spiritual. Kecerdasan Spiritual. inilah sebetulnya yang paling
dominan untuk meningkatkan Kecerdasan
Emosional. Kalau zaman dulu sebelum abad ke dua puluhan, bagi orang
Barat IQ sangat didewa-dewakan, tapi konon sekarang orang Amerika malah sedang
mendalami SQ guna meningkatkan Kecerdasan Emosianal, sampai-sampai mereka
memanggil ruhaniawan dari luar Amerika untuk meningkatkan Kecerdasan Spiritual.
yang sekaligus bisa meningkatkan Kecerdasan Emosional-nya. Menurut penelitian
masa kini bahwa keberhasilan seseorang bukan terletak pada kejeniusannya atau
IQ. nya saja, akan tetapi keberhasilan seseorang terletak pada Kecerdasan Emosionalnya. Orang
sukses yaitu karena ia bisa meningkatkan dan memanfaatkan EQ nya 80 % dan
sisanya IQ hanya 20 %.
Pada tanggal 11 April sampai dengan 12 April 2002 para Top Eksekutif
International dari berbagai jenis perusahaan datang berbondong-bondong
menghadiri sebuah forum diskusi leadership yang diadakan oleh “Havard Business
School” . Rangkuman hasil diskusi diberi judul “Does Spirituality Drive Success? Yang artinya “Apakah spiritualitas bisa membawa seseorang pada keberhasilan?” Ternyata
mereka sepakat menyatakan bahwa paham spiritualisme mampu menghasilkan lima hal,
yang bisa digunakan sebagai dasar-dasar pokok leader ship dan manajemen yaitu :
1.
Integritas atau kejujuran, kebersamaan.
2.
Energi atau semangat.
3.
Inspirasi atau ide dan inspiratif.
4.
Wisdom atau bijaksana.
5.
Keberanian dalam mengambil keputusan.
Cobalah Bung Gembus renungkan saja, kelimanya itu adalah sebagian dari
karakter sifat pada diri Nabiyyullah
Saw. sebagai manusia pilihan Allah Swt. yang menjadi panutan kita, agama kita
lebih dari kelima poin tersebut yang diajarkannya, itu baru sebagian kecil dari
akhlakul karimah atau akhlak yang mulia, juga baru sebagian kecil dari akhlak
mahmudah atau akhlak terpuji. Bayangkan pula seandainya semua pemimpin di
negara yang kita cintai ini termasuk rakyatnya menggunakan Kecerdasan Emosional
yang dilandasi dengan Kecerdasan Spiritual dari sumber Al Qur’an dan Hadits
Rasulullah Saw. maka negara kita yang kaya raya ini akan menjadi negara yang
gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja, baldatun thayyibatun wa
rabbun ghafur. Dan jangan khawatir terhadap Kecerdasan Emosianal yang dilandasai
akhlak Kecerdasan Spiritual, ia tak akan berbuat sewenang-wenang, lihatlah pada
negara-negara yang menganut ajaran Islam yang mayoritas, maka disana tidak ada
penindasan terhadap lain agama. Sayangnya orang-orang muslim belum semua
terketuk hatinya untuk mempelajari dan mengamalkan samudera ilmu yang sangat
luas ini, malah mencari-cari ilmu tentang EQ ke Benua Eropa yang dianggap lebih
maju. Lha wong Eropa secara diam-diam sebetulnya sedang ngangsu kawruh
kenegara-negara Islam jee, celoteh Mas Fit.
Kesimpulannya untuk merobah akhlak yang rusak yaa dibenahi dulu Kecerdasan
Spiritual (SQ)-nya, agar Kecerdasan Emosional (EQ)-nya membaik, barulah Kecerdasan
Intelektual (IQ)-nya. Jadi dalam hal memperbaiki kualitas pendidikan yang
diutamakan lebih dulu adalah SQ à EQ à IQ.”, begitulah Mas Fitrianto mengakhiri obrolannya.
Seperti terkesima Bung Gembus tersadar dari lamunannya membayangkan negeri
Indonesia yang subur dan melimpah kekayaan alamnya apabila dikelola dengan baik
oleh para petinggi-petinggi yang berkualitas dalam Kecerdasan Spiritualnya,
Kecerdasan Emosionalnya dan Kecerdasan Intelektualnya, tentulah akan menjadi
negeri yang adil makmur. “ Wis. To Mas Fit, aku marem banget dari penjelasan
sampeyan, tapi aku kok ada yang belum
mudeng yaitu bagaimana untuk melatih
mempertajam munculnya hati nurani atau kata hati itu?. Besok saja disambung
ya Mas, sekarang tak usah yaa cukupkan sekian dulu Mas. Maaf ya Mas saya akan bertugas PKL di
lapangan”, gurau Bung Gembus, ngeloyor setelah mengucapkan salam kepada Mas
Fit.
Obrolan Fit dan Gembus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar